Sabtu, 03 September 2011

Energy xD

Entah ada angin apa saya jadi bersemangat gini untuk ngeblog haha mungkin karena, em, 'hal pribadi yang tak perlu saya tulis disini' seperti yang ada di post sebelumnya, but never mind, let's do it!

Akhir-akhir ini, udah lama juga sih sebenernya, saya kepancing sama salah satu yang ada di timeline Plurk saya, yang setiap hari terkadang update tentang berbagai topik tentang sains. Dan saya jadi terpancing, kok saya engga? Karena merasa kalah, atau apalah, haha, saya juga mencoba mencari topik tentang sains. Tapi tidak jauh-jauh dengan passion dan minat saya...

Energi. Lebih spesifik, energi dalam bidang otomotif. Tantangan untuk menciptakan, alih-alih menemukan, energi terbarukan untuk industri otomotif yang bersih, efisien, ramah lingkungan, bisa diandalkan, tidak rumit, perawatan mudah dan murah.

Walaupun saya masih sangat awam dan baru, dan mungkin masih dalam tahap tertarik, saya baru mengenal kulit luarnya saja. Tapi memang ada beberapa yang secara 'kasar' saya mengerti. Saat ini ilmuwan dalam industri otomotif telah menemukan banyak macam, tapi dalam cakupan pengetahuan saya yang masih awam, saya baru membaginya dalam tiga macam : hybrid, electric car, dan hydrogen fuel-cell

Dari ketiga macam diatas, saya paling tertarik, sejauh ini, dengan hydrogen fuel-cell. Karena kalau hybrid, basically masih menggunakan bahan bakar fosil yang digabungkan dengan mesin listrik, dan tujuannya masih 'meminimalisir penggunaan bahan bakar fosil'. Kalau electric car, masih ada beberapa isu tentang jarak tempuh atau range yang terbatas, proses charging yang masih memakan waktu yang lama, dan sumber listriknya itu sendiri - yang biasa kita temukan di rumah, namanya 'colokan' - kan sumbernya dari bahan bakar fosil juga.

Namun, hydrogen fuel-cell, salah satu contohnya ada di Honda FCX Clarity, menggunakan bahan bakar hidrogen cair bertekanan yang dalam pengisiannya praktis, seperti kita mengisi bensin di pom bensin biasa, dan memberikan jarak tempuh lebih baik, dan tentu saja menggunakan bahan bakar baru yang ketersediannya melimpah di muka bumi, dan hanya beremisikan, air murni!

Ini sekilas review salah satu mobil hydrogen fuel-cell, Honda FCX Clarity, oleh Top Gear.



Memang, yang saya tuliskan semua ini hanyalah "kasar" dan masih kulit luar semata, karena saya belum mengkajinya lebih dalam lagi. Saya sempat melihat ada komentar negatif tentang mobil berbahan bakar hydrogen fuel-cell, dan ternyata banyak! Tapi saya masih belum tahu kenapa. Yang pasti ini yang akan menjadi project sains saya dan akan saya pelajari. Dan tidak menutup kemungkinan energi alternatif lain lho. Bisa saja nanti kita akan menemukan mobil berbahan-bakar kotoran kita sendiri. Haha tapi bisa saja kan, selama beberapa belas tahun kedepan teknologi akan semakin maju, dan di masa depan nanti banyak ilmuwan yang akan meneliti dalam bidang pencarian energi terbarukan ini, dan saya harap, salah satu dari mereka, adalah saya...

Bersyukur..

Alhamdulillah Wasyukurillah, bersyukur pada-Mu Yaa Allah
bukan nyanyi loh --'

Cuman memang tagline hari ini dan beberapa hari kebelakang maupun kedepan (jadi intinya kapan?) adalah "Bersyukur".

Jelas saja tidak lepas dari berita hari ini (3 September) tentang kecelakaan yang menimpa Syaiful Jamil dan keluarga di Tol Cipularang, effectively merupakan jalan yang bakal saya sering lewati selama empat tahun kedepan, dimana istri dari kang Syaiful meninggal dunia. Saya turut berduka cita, kang.

Dan juga tidak lepas dari fakta bahwa, dari Newsticker Metro TV, selama tanggal 23 Agustus hingga 2 September, tercatat 549 orang meninggal dunia karena kecelakaan dalam arus mudik Lebaran 2011. Penyebabnya bervariasi, tapi saya tidak akan membahas ini sekarang. Yang pasti untuk para keluarga korban maupun yang mengalami kecelakaan, saya menyampaikan duka yang mendalam dan semoga keadaan bisa kembali seperti semula.

Kenapa saya menulis atau menukilkan hal ini? Well, kembali ke judul, bahwa saya bersyukur, benar-benar bersyukur, bahwa perjalanan mudik keluarga kami aman dan tidak ada kejadian yang tidak diinginkan. Bersyukur juga bahwa tahun ini keluarga kami - yang ada di rumah - masih komplit dan utuh. Sebuah kenikmatan yang tidak akan ada tandingannya.

Sebenarnya juga lebih ke karena saya, selama dua tahun kebelakang, adalah driver untuk mudik. Well, memang gak jauh, hari pertama ke Jakarta, sekitar daerah Menteng Atas, Jaksel, lalu ke daerah Senayan, Jakpus. Hari kedua ke Balaraja, sekitar Tangerang lah. Lalu selesai. Jelas, tanggung jawab saya besar, karena membawa seluruh anggota keluarga dan semuanya tergantung pada kedua tangan dan kaki saya, juga kondisi mobil, dan juga Allah.

Terpikir, bahwa saya terkadang mengendarai mobil terlalu cepat, dan emosi karena mobil lain ada yang rese dan ngeselin. Kemarin saya masih bisa menempuh 140km/h, di mobil berusia 18 tahun - yang kondisinya jelas ga seperti baru, jadi ada beberapa hal yang meragukan -, muatan penuh, ban berusia 5 tahun (waktunya diganti), dan ada salah satu ban, belakang kanan, yang sempat kempes dan ditambal biasa, dan saya baca bahwa tambal biasa seperti itu (namanya tambal string tubeless. Kalau gatau, itu tuh sistem tambal kebanyakan tukang tambal ban di mana-mana) berbahaya karena sifatnya yang sementara dan merusak ban, dan ada kemungkinan mudah pecah. Jadi sangat disarankan untuk menggantinya dengan tambal permanen di bengkel besar. Saya bersyukur, bahwa selama mengendarai mobil, setelah mengantungi pengalaman sekitar 2.000 km, saya belum mengalami kejadian yang tidak diinginkan. Walaupun tahun ini saya sepertinya 'sukses' membuat engine mounting mesin bagian depan pecah, padahal baru diganti bulan Mei kemarin. Mungkin karena saya sempat geber sekitar 120km/h di jalan tol yang banyak sambungan jalannya, jadi bumpy gitu.

Saya jadi terpikir untuk introspeksi diri. Mungkin lain kali saya tidak akan memacu mobil secepat itu lagi. It's okay lah kalau saya sendirian, tapi kalau membawa nyawa orang lain, takut. Teringat lagi kecelakaan Sahur On The Road SMAN 28 Jakarta, dimana ada orang yang membawa temannya lalu terjadi kecelakaan hingga menewaskan dua orang. Mungkin 100km/h konstan, di jalur kedua dari kanan, akan lebih baik dan aman.

Yang pasti, banyak introspeksi serta syukur yang saya haturkan. Saya juga akan coba atur emosi saya, walaupun kadang papa saya sering ngomporin buat nyusul dari sebelah kiri sih hehe, tapi saya akan coba. Dan yang paling penting, saya bersyukur, bahwa hingga detik ini saya menulis post ini, keluarga kami masih lengkap dan komplit. Belum kebayang rasanya jika harus berlebaran dengan kekurangan anggota keluarga...

Jumat, 02 September 2011

Inti dari Bulan Ramadhan

Ramadhan 2011, alias bulan Ramadhan yang baru saja kita lalui, mungkin buat saya merupakan bulan Ramadhan pertama saya yang "layak". Maksudnya layak disini adalah ya, ada sesuatu yang pribadi yang tidak perlu saya tulis disini mengenai Ramadhan tahun-tahun sebelumnya, tapi yang saya rasakan - dan memang benar - adalah baru tahun ini gitu yang "bener", seolah-olah Ramadhan tahun-tahun sebelumnya (dimulai semenjak saya dikategorikan baligh dan wajib berpuasa, umur berapa ya kira-kira? ya pokoknya dimulai dari situ deh) itu saya ngerasa puasanya "ga bener", jadi saya menyia-nyiakan kesempatan gitu. Saya ngerasanya jadi seperti bukan di bulan Ramadhan, dan baru tahun ini "cukup" merasakannya. Seolah-olah bulan Ramadhan di tahun-tahun sebelumnya itu sia-sia, dan baru tahun ini saya ngerasain yang "layak". Sakali pan, tapi ya seperti itulah. Sulit menulisnya dengan satu kalimat langsung yang tidak bertele-tele.

Banyak faktor, yang bisa menjadi penyebab kenapa saya bisa seperti yang saya sebutkan diatas. Partly disebabkan oleh - saya frontal saja - yang saya rasakan adalah, semenjak Desember 2010, saya mengalami banyak perubahan. Mungkin memang panjang jalan yang harus saya tempuh sampai akhirnya saya bisa berada sampai dalam titik dimana - menurut saya - saya mengalami perubahan yang cukup signifikan. Dan saya memang percaya bahwa segala sesuatunya itu sudah ter-schedule, apapun itu, oleh Allah. Baik kejadian baik maupun buruk, semuanya sudah disusun sampai pada saat dimana kita sadar. Saya bukannya mau sok "udah sadar" atau apalah, masih panjang perjalanan yang harus ditempuh sampai menuju, "titik yang saya belum capai". Susah deskripsiinnya, tapi kalau kalian para pembaca coba memahami pasti paham deh, walaupun sulit diungkapkan melalui kata-kata. Ditambah dengan faktor "musiman", faktor pembuat galau dan taubat nomor satu bagi para pelajar SMA tingkat akhir, yaitu *jeng-jeng* UN dan SNMPTN, disertai berbagai ragam tes masuk Universitas lainnya, walaupun buat saya yang paling berpengaruh adalah, tetap, Desember 2010 itu.

Kembali ke Ramadhan tahun ini. Saat saya "sok sadar" dan "belagu" se-belagu tulisan sebelumnya, saya tidak merasakan sesuatu saat meninggalkan Ramadhan tahun ini. Ada kan, kisahnya oleh siapa gitu yang menangis saat ditinggalkan bulan Ramadhan. Saya berusaha lebay-lebayin supaya ngerasain sedihnya ditinggal bulan Ramadhan, tapi itu bukan ide yang bagus. Namun akhirnya, saya menyadari sesuatu.

Kembali lagi, tentang hal pribadi yang tak perlu saya tulis disini. Saya bisa merasakan, perbedaan jauh, antara bulan dimana setan-setan diikat dan dibelenggu, dengan bulan dimana setan bebas berkeliaran. Dan tanpa diduga, Ramadhan kali ini berbekas di diri saya, walaupun sekarang masih dua hari selepas Ramadhan, tapi kerasa gitu, ada bekasnya, sesuatu yang harus saya pertahankan, ga boleh turun. Dan memang target saya sebelas bulan kedepan adalah : memperbaiki 'hal pribadi yang tak perlu saya tulis disini', meningkatkan diri agar lebih berkualitas lagi sampai, Insya Allah, jika dalam tinta yang telah kering yang telah ditulis saat penciptaan diri saya dalam kandungan (bener ga sih begini kata-katanya?), saya dipertemukan dengan Ramadhan tahun depan.

Perjalanan saya memang masih jauh, menuju, em, "titik yang saya belum capai". Titik yang, saya meyakini, jika sudah saya capai, maka kesananya akan lancar, Insya Allah. Termasuk dipertemukan oleh #SKIP SAJA BAGIAN INI#, cita-cita saya, dan kesuksesan Dunia dan Akhirat, Insya Allah.


Perjalanan saya masih panjang. Perjuangan saya masih harus ditingkatkan. Kerja-keras saya masih harus diperbaiki. Dan, kesadaran saya tentang jalan yang telah disusun ini harus saya pertajam, agar saya bisa menyadari dan cepat bertindak.