Sabtu, 03 September 2011

Bersyukur..

Alhamdulillah Wasyukurillah, bersyukur pada-Mu Yaa Allah
bukan nyanyi loh --'

Cuman memang tagline hari ini dan beberapa hari kebelakang maupun kedepan (jadi intinya kapan?) adalah "Bersyukur".

Jelas saja tidak lepas dari berita hari ini (3 September) tentang kecelakaan yang menimpa Syaiful Jamil dan keluarga di Tol Cipularang, effectively merupakan jalan yang bakal saya sering lewati selama empat tahun kedepan, dimana istri dari kang Syaiful meninggal dunia. Saya turut berduka cita, kang.

Dan juga tidak lepas dari fakta bahwa, dari Newsticker Metro TV, selama tanggal 23 Agustus hingga 2 September, tercatat 549 orang meninggal dunia karena kecelakaan dalam arus mudik Lebaran 2011. Penyebabnya bervariasi, tapi saya tidak akan membahas ini sekarang. Yang pasti untuk para keluarga korban maupun yang mengalami kecelakaan, saya menyampaikan duka yang mendalam dan semoga keadaan bisa kembali seperti semula.

Kenapa saya menulis atau menukilkan hal ini? Well, kembali ke judul, bahwa saya bersyukur, benar-benar bersyukur, bahwa perjalanan mudik keluarga kami aman dan tidak ada kejadian yang tidak diinginkan. Bersyukur juga bahwa tahun ini keluarga kami - yang ada di rumah - masih komplit dan utuh. Sebuah kenikmatan yang tidak akan ada tandingannya.

Sebenarnya juga lebih ke karena saya, selama dua tahun kebelakang, adalah driver untuk mudik. Well, memang gak jauh, hari pertama ke Jakarta, sekitar daerah Menteng Atas, Jaksel, lalu ke daerah Senayan, Jakpus. Hari kedua ke Balaraja, sekitar Tangerang lah. Lalu selesai. Jelas, tanggung jawab saya besar, karena membawa seluruh anggota keluarga dan semuanya tergantung pada kedua tangan dan kaki saya, juga kondisi mobil, dan juga Allah.

Terpikir, bahwa saya terkadang mengendarai mobil terlalu cepat, dan emosi karena mobil lain ada yang rese dan ngeselin. Kemarin saya masih bisa menempuh 140km/h, di mobil berusia 18 tahun - yang kondisinya jelas ga seperti baru, jadi ada beberapa hal yang meragukan -, muatan penuh, ban berusia 5 tahun (waktunya diganti), dan ada salah satu ban, belakang kanan, yang sempat kempes dan ditambal biasa, dan saya baca bahwa tambal biasa seperti itu (namanya tambal string tubeless. Kalau gatau, itu tuh sistem tambal kebanyakan tukang tambal ban di mana-mana) berbahaya karena sifatnya yang sementara dan merusak ban, dan ada kemungkinan mudah pecah. Jadi sangat disarankan untuk menggantinya dengan tambal permanen di bengkel besar. Saya bersyukur, bahwa selama mengendarai mobil, setelah mengantungi pengalaman sekitar 2.000 km, saya belum mengalami kejadian yang tidak diinginkan. Walaupun tahun ini saya sepertinya 'sukses' membuat engine mounting mesin bagian depan pecah, padahal baru diganti bulan Mei kemarin. Mungkin karena saya sempat geber sekitar 120km/h di jalan tol yang banyak sambungan jalannya, jadi bumpy gitu.

Saya jadi terpikir untuk introspeksi diri. Mungkin lain kali saya tidak akan memacu mobil secepat itu lagi. It's okay lah kalau saya sendirian, tapi kalau membawa nyawa orang lain, takut. Teringat lagi kecelakaan Sahur On The Road SMAN 28 Jakarta, dimana ada orang yang membawa temannya lalu terjadi kecelakaan hingga menewaskan dua orang. Mungkin 100km/h konstan, di jalur kedua dari kanan, akan lebih baik dan aman.

Yang pasti, banyak introspeksi serta syukur yang saya haturkan. Saya juga akan coba atur emosi saya, walaupun kadang papa saya sering ngomporin buat nyusul dari sebelah kiri sih hehe, tapi saya akan coba. Dan yang paling penting, saya bersyukur, bahwa hingga detik ini saya menulis post ini, keluarga kami masih lengkap dan komplit. Belum kebayang rasanya jika harus berlebaran dengan kekurangan anggota keluarga...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar