Jumat, 20 Januari 2012

Journal of Energy: Hydrogen

Back to blog! Setelah sekitar 5 bulan berkutat di dunia perkuliahan untuk pertama kalinya, ada waktu juga untuk update blog ini. Kesan tentang kehidupan kuliah? Hmm nanti aja dibahasnya, belum ada kesan yang lumayan untuk ditulis haha.

Menyambung dari tulisan sebelumnya tentang energy, lebih spesifiknya saya membahas tentang hidrogen, ternyata - thanks to mata kuliah Biologi Dasar dimana saya disuruh membuat presentasi tentang energi terbarukan - saya menggali info lebih dalam lagi tentang hidrogen ini. Terutama saya membahasnya dalam slide berjudul "Penggunaan Hidrogen Sebagai Energi Masa Depan Dalam Dunia Otomotif".



Jadi pada dasarnya ternyata penggunaan hidrogen sebagai sumber bahan bakar pada kendaraan dibagi menjadi dua: sebagai pengganti bensin pada mesin pembakaran biasa dan sebagai bahan bakar pada fuel cell. Untuk yang pertama sepertinya tidak terlalu booming karena dianggap kurang efisien, sedangkan fuel-cell lebih populer. Fuel cell sendiri sebenarnya adalah perangkat yang mengubah bahan kimia menjadi listrik melalui reaksi kimia, dimana dalam konteks hydrogen fuel cell, sistem fuel cell yang digunakan adalah Proton Exchange Membrane (PEM) Fuel Cell. Fuel cell terdiri dari sisi anoda dan katoda, hidrogen digiring melewati anoda sedangkan oksigen (dari udara) melewati katoda. Di sisi anoda terdapat material platinum - material yang membuat mobil hydrogen fuel cell mahal - yang membuat hidrogen terpisah menjadi ion hidrogen positif (proton) dan elektron negatif. PEM membuat hanya ion hidrogen positif yang diarahkan menuju katoda, sedangkan elektron negatif harus melalui sirkuit eksternal agar menuju katoda, menyebabkan terjadinya arus listrik. Dari sinilah listrik berasal. Pada akhirnya setelah bertemu di katoda, elektron dan ion hidrogen positif bertemu dengan oksigen sehingga menghasilkan air, yang bisa dibilang merupakan 'emisi' dari proses ini.



Beberapa problem yang saya baca di majalah (AutoExpert Vol. 18 : The Battle for Enviromental-Friendly Motoring) adalah proses ini menghasilkan listrik yang relatif kecil, bahan platinum yang mahal, dan hidrogen itu sendiri yang infrastrukturnya belum bisa dibilang memadai. Sehingga saat ini mobil listrik bertenaga baterai-lah yang cukup populer, karena pengembangannya lebih pesat dan kemampuannya mulai menyaingi mobil berbahan bakar fosil. Ditargetkan oleh pabrikan Volkswagen bahwa hingga tahun 2020 baterai mobil mereka akan memiliki jarak tempuh hingga 800 km. Sedangkan untuk saat ini, mobil listrik yang sudah dijual di pasaran yaitu Nissan Leaf baru memiliki jarak tempuh 160 km. Sedangkan mobil hydrogen fuel cell belum secara 'resmi' dijual di pasaran. Honda FCX Clarity, contoh mobil hidrogen, hanya disewakan di Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa dengan harga US$600 (sekitar Rp5,5 juta) per bulan karena jika dijual maka harganya diperkirakan menyentuh US$120-140 ribu (+- Rp1,2 miliar) untuk sebuah sedan yang ukurannya kurang lebih seperti Toyota Corolla Altis. Nissan Leaf sendiri dihargai US$35,200 (sekitar Rp320 juta) untuk hatchback seukuran Honda Jazz.

Well, saya sendiri tidak mau skeptis terhadap mobil listrik bertenaga baterai (mengenai post sebelumnya, saat itu saya terinfluence dari tayangan TopGear). Tunggu dulu, saya jelaskan sebelumnya. Pada esensinya kedua tipe mobil ini bisa dikatakan mobil listrik, karena keduanya ditenagai oleh listrik. Hanya saja untuk hydrogen fuel cell mereka menggunakan hidrogen sebagai sumber bahan bakar, sedangkan mobil listrik bertenaga baterai ya mendapat sumber dari baterai yang dicharge dari listrik rumah layaknya laptop. Kelemahannya adalah umur baterai yang terbatas, seperti kita temui pada baterai laptop maupun handphone. Saya masih berpikir, hidrogen-lah yang paling tepat karena prosedur pengisian dan prosesnya hampir sama dengan mobil berbahan bakar fosil. Keberadaannya yang masih melimpah namun harus diakui sulit untuk memprosesnya menjadi bahan bakar siap pakai untuk mobil.

Namun, keduanya sama: memberikan solusi dari bahan bakar fosil yang makin terbatas dan akan habis. Saat ini keduanya ibarat disket berukuran 5 1⁄4-inch dengan kapasitas beberapa kilobyte. Sedangkan saat ini kita memiliki flashdisk dengan kapasitas hingga ratusan gigabyte. Di masa depan nanti pun keduanya akan mengalami evolusi seperti ini. Beruntunglah saya, karena Insya Allah saya akan menjadi bagian dari pengembangan energi untuk masa depan untuk dunia otomotif, dunia yang sangat saya minati. Semoga. Aamiin.


Next: Matahari. Tenaga Surya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar